Advertisement

"Sebelum meninggal, kata Mama : Jadi dokter saja ya nang"

Terlalu asik mengeluh akan kehidupan yang dijalani, kita lupa kalau ada yang lebih menyedihkan kondisi hidupnya dari pada yang kita alami, bahkan bisa saja dikondisi sekritis yang ada, sesungguhnya mereka masih mensyukuri arti kehidupan.

Hari ini saat saya dinas dirumah sakit, saya bertemu dengan dua anak kecil, lelaki dan perempuan. Si kakak bernama Diana  sang gadis berumur 9 tahun dan si adik bernama boston yang berumur 4 tahun. Lalu saya bertanya mengapa mereka berdiri dan tidak bersama orangtua. "Adik, ibunya dimana?" Lalu dia jawab, "ibu saya sudah meninggal" dan saya pun terdiam.

Diana bilang, dia ada 6 bersaudara. 2 sudah meninggal, dan juga ibunya yang katanya meninggal saat dia masih belia dikarenakan "jantung bocor". Sekejap tenang dan diam. Ketika gadis sekecil dia yang tinggal satu satunya perempuan sudah dapat menjaga adiknya yang masih berusia 4 tahun tanpa sifat kasar sedikitpun.

Sudah dua hari Diana tidak masuk sekolah karena kata ayah, ikut saja ke medan sekalian jaga kakek yang sedang dirawat. Ada sekitaran 2 jam kita berbincang dan syukurnya Diana ingin diajak berbicara.

Sejenak saya bertanya ingin jadi apa gadis ini kelak, dan dia jawab "Ingin jadi dokter". Lalu saya bertanya balik, mengapa harus menjadi dokter yang sepertinya sudah terdoktrin pada anak sejak zaman dahulu kala. "Sebenarnya gamau jadi dokter sus, tapi sebelum mama meninggal katanya, udahlah nang jadi dokter aja nanti kamu ya", sahutnya.



Diumur yang cukup belia bahkan dia sudah berusaha untuk memahami bagaimana menjadi perempuan tangguh seutuhnya. Tak heran jika nantinya Diana bisa tumbuh menjadi gadis yang lebih dewasa dari perempuan seusianya.

"Nanti juga aku mau ke papua, ikut abang disana. Cuman mau kebandung juga sama bou, sus. Tapi kata ayah ke papua  aja, padahal jauh kan sus, biaya pesawat aja udah mahal sus kesana" - katanya.

Sudah hampir jam 11 siang, Diana dan Boston belum juga sarapan. Bahkan Ayah saja sudah setengah jam menghilang, dan mereka setia menunggu. Aku berpesan akan pergi sebentar keluar, berniat untuk membelikan mereka makan untuk sarapan tanpa membilang. Ketika berbalik dengan belanjaan, mereka sudah menghilang.

Diana gadis yang ramah. Hitam manis, bersenyuman tulus. Kelak saja bisa berjumpa Diana lagi. Semoga dia tak salah jalan, apalagi salah pergaulan. Bahkan wanita seusiaku tak mampu membayangkan bagaimana rasanya hidup tanpa Ibu, dan dia mampu. Bahkan sudah sejauh ini. See you somewhere, Di.

0 comments: